Kamis, 10 Januari 2013

Ujub (Membanggakan diri sendiri)

 

‘Ujub adalah bahasa arab yang pengertiannya secara umum adalah,  membanggakan diri sendiri, merasa heran terhadap diri sendiri sebab adanya satu dan lain hal.   Diri sendiri yang dimaksudkan disini adalah mengenai pribadinya,golongannya, kelompoknya atau apa saja yang dianggap erat hubungannya dengan dirinya sendiri.
Sebelum saya menulis lebih lanjut tentang ‘ujub ini, mohon maaf bila ada kekurangan atau kesalahan dalam penulisan berikut ini, karena saya bukan akhli agama dan apa-apa yang akan saya tuangkan disini lebih kepada pengetahuan yang telah saya baca dari beberapa buku tentang Akhlak dan Tauhid berdasarkan ajaran keimanan saya, yaitu agama Islam.

 
Ahlak semacam ini (’ujub) adalah sangat tercela, dan sama sekali tidak ada kebaikannya, ini disebutkan dalam firman Allah Taala (S. Najm 32) :”Janganlah kamu mengira sudah mensucikan diri kamu sendiri”, maksudnya ialah jangan sekali-kali kamu menyangka sudah suci dan bersih dari segala kesalahan, sebab dengan sangkaan yang keliru itu nantinya  akan timbul rasa ‘Ujub pada diri sendiri
Hadist Rasulullah SAW  (diriwayatkan oleh Abusy-syaikh) :”Ada tiga hal yang merusakkan (ahlak, jiwa dan agama) yaitu, kikir yang diikuti, hawa nafsu yang diperturutkan dan keheranan seseorang pada dirinya sendiri (’ujub)”
Bahaya ‘Ujub (membanggakan diri sendiri) itu banyak sekali, antaranya :
Pertama,  ‘ujub itu menyebabkan timbulnya rasa sombong, sebab memang ‘ujub itulah yang menyebabkan salah satu dari berbagai sebab kesombongan timbul.   Dari ‘ujub maka muncullah ketakaburan kita.   Sedangkan takabur kita sudah tahu tentang sifat dan bahayanya.   Takabur kepada hal-hal yang berhubungan dengan  manusia, dan takabur dengan hal-hal yang berhubungan dengan keimanan kepada Allah SWT, dia bisa lupa akan segala dosa-dosa yang telah diperbuatnya, lupa menjalankan kewajibannya sebagai mana diatur dalam ajaran keimanan kepada Allah SWT.   Ia mengira bahwa ia telah banyak berbuat amal saleh.
Kedua, bila seseorang sudah dihinggapi penyakit ‘ujub, ia lupa pada bahaya-bahaya ‘ujub itu sendiri, ia sudah tertipu oleh perasaan, dan pendapatnya sendiri.   Ia merasa apa-apa yang datang dari dirinya sendiri semua serba hebat dan agung.   Ia tertipu, ia mengira bahwa dirinya akan merasa tersingkir dari siksa NYA karena ia merasa dan mengira sudah banyak amalan-amalan baik yang dilakukannya.
Ketiga, karena ‘ujubnya ia kurang sadar terhadap kedudukan dirinya, ia akan memuji-muji dirinya, menyanjung dirinya sendiri dan menganggap suci dirinya serta bersih dari segala kesalahan dan dosa.   Padahal yang demikian itu sudah amat membosankan orang yang mendengarnya.
Keempat, seorang ‘ujub tidak suka mencari kemanfaatan ilmu pengetahuan pada orang lain, sebab sudah merasa amat pandai.   Ia tidak suka bertanya kepada siapapun juga, karena merasa malu, khawatir dianggap bodoh.  Bahaya lain tidak suka bermusyawarah, ia lebih ingin kawan-kawannya meng”ia” kan pendapatnya.
Kelima, jika usahanya gagal, orang ‘ujub ini akan melemparkan kesalahan pada orang lain, rekan atau bawahannya.
Keenam, ia bangga dan gembira kalau segala sesuatu itu timbul dari gagasannya dan suka sekali mempopulerkan apa-apa yang ada pada dirinya, sebaliknya tidak suka kepada kemashuran yang dicapai oleh apa-apa yang digagas oleh orang lain.
Seseorang yang bersifat ‘ujub karena merasa ganteng, cantik, kuat, tangkas, keturunan ningrat, kaya dan lain-lain yang kebetulan saja dimiliki oleh dirinya.   Ringkasnya ia meng ‘ujubkan sesuatu yang bukan haknya sendiri,  sebab semuanya adalah tentunya dari keutamaan Allah SWT semata.   Oleh karenanya yang seharusnya diperbuat adalah bukan ber ‘ujub tetapi berterima kasih   serta bersyukur kepada Dzat yang telah melimpahkan kenikmatan yang besar itu.   Sebab Jika Allah berkehendak, maka semua kenikmatan yang ia peroleh dapatlah sirna seketika.
Allah Taala berfirman (S Nur 21) :”Andaikata tidak ada keutamaan Allah kepadamu semua serta kerahmatanNYA, pasti tidak ada seorangpun diantara kamu yang bersih (suci) selama-lamanya)”
Demikian halnya tentang ‘ujub. Lebih atau kurangnya saya mohon maaf dan tidak ada maksud menggurui, apalagi banyak diantara rekan-rekan yang lebih menguasai ketimbang saya dalam bidang keagamaan.   Saya hanya bermaksud berbagi dan tidak ada maksud lain.
Wassalam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar